PentingnyaPengembangan Pariwisata yang Bertanggung Jawab. Dzikry Subhanie. Jum'at, 22 November 2019 - 18:05 WIB termasuk masyarakat agar peduli terhadap pariwisata yang bertanggung jawab yang dituangkan dalam kegiatan CSR yang berkelanjutan. "Kerja sama ini akan mendorong Traveloka dan mitranya bekerja berdasarkan prinsip yang bertanggung ASAS FUNGSI, DAN TUJUAN PRINSIP PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya Wisataadalah salah satu kegiatan yang dibutuhkan setiap manusia. Dalam Undang-undang No. 10 tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara. Perbaikansektor Pariwisata. Dari sisi kebutuhan pariwisata, pendidikan dan pelatihan harus dilakukan untuk melakukan alih teknologi, menghadapi persaingan demi terwujudnya prinsip pariwisata berkelanjutan. Selain itu perlu adanya promosi merupakan kesatuan kegiatan yang meliputi: memperkenalkan, menyosialisasikan, dan mengampanyekan. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. ABSTRAKBerdasarkan regulasi, pembangunan industri pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomia Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menyediakan lapangan pekerjaan. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilakukan yaitu untuk menjelaskan strategi pengembangan idnustri pariwisata di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan yang mengacu pada pustaka-pustaka sebelumnya mengenai pengembangan idnustri pariwisata di Indonesia. Industri pariwisata di Indonesia perlu dilakukan pengembangan dikarenakan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara masih rendah bila dibandingkan dengan industri pariwisata di negara lain. Peneliti membahas mengenai strategi pengembangan industri pariwisata dengan mengacu kepada peluang, kekuatan, kekurangan dan tantangan pada industri pariwisata di Indonesia. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh gambaran mengenai strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan industri pariwisata di kunci Strategi, pengembangan, pariwisataPENDAHULUANPengembangan pembangunan infrastruktur saat ini telah dilakukan dengan intensif oleh pemerintah. Menurut sekretariat Kabinet RI tahun 2017, pembangunan infraastruktur di Indonesia dikatakan masih begitu tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Tujuan dari pembangunan Industru tersebut yaitu untuk merespon perubahan yang terjadi pada dunia industru secara keseluruhan. Salah satu industri yang mengalami perubahan yang terjadi pada dunia industri yaitu industri pariwisata. Saat iniindustri pariwisata menjadi salah satu sektor yang dipandang sangat menguntungkan dikarenakan masih banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan Mariyono 2017, Cholik 2017. Penerimaan pendapatan daerah menjadi salah satu potensi yang dapat ditingkatkan Incera et al. 2015. Perkembangan pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari pengembangan pasriwisata di daerah Oktavia 2017; Sutanto 2016. Dengan demikian, strategi dalam pengembangan pariwisata perlu dilakukan untuk lebih mengembangkan pariwisata di penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu metode penelitian kepustakaan library research. Penelitian dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data dari pustaka. Abdul Rahman Sholeh menyatakan, penelitian kepustakaan library research merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan cara untuk mendapatkan data informasi dengan menempatkan fasilitas yang ada di perpustakaan seperti majalah, buku, dokumen, skripsi, jurnal, dan catatan kisah-kisah sejarah atau penelitian kepustakaan murni yang berkaitan dengan objek penelitian. HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis Strategi Pengembangan Industri PariwisataBerdasarkan hasil kepustakaan yang dilakukan peneliti maka peneliti melakukan analisi terhadap strategi yang dilakukan untuk mengembangkan industri pariwisata di Indonesia. Analisis dilakukan dengan mengetahui peluang, kekuatan, kekurangan dan tantangan pada industri pariwisata di Indonesia. Analisis strategi pengembangan industri pariwisata di Indonesia yaituPeluang industri pariwisata IndonesiaPeluang industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutKawasan wisata yang masih asriWisata yang sangat beragam, mulai dari wisata darat, wisata air, wisata sejarah, dan masih banyak lagiTempat penginapan yang banyak di sekitar kawasan wisataBanyak pusat perbelanjaan di sekitar kawasan wisataBanyak wisatawan yang tertarik terhadap wisata dan budaya IndonesiaPenyegaran kawasan wisata oleh pemerintah setempatBerbag wisata kuliner yang berada di sekitar kawasan industri pariwisata IndonesiaKekuatan industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutDestinasi wisata yang mengandalkan sumber daya alam di IndonesiaKawasan-kawasan wisata legendaris di IndonesiaMasyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata sangat ramahBanyak kawasan perdagangan di areal kawasan industri pariwisata IndonesiaKekurangan industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutSarana transportasi umum yang masih sulit untuk menuju tempat wisataKondisi jalan areal wisata yang buruk sehingga sulit untuk dijangkau oleh wisatawanPartisipasi generasi muda yang masih kurang dalam pelestarian wisata di IndonesiaAgenda program wisata yang kurang industri pariwisata IndonesiaTantangan industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutDukungan pemerintah dan masyarakat umum daerah yang masih kurang terhadap kawasana wisata di IndonesiaPengembangan wisata di beberapa kawasan tidak menarik para wisatawanRendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian cagar budayaBanyak wisata di negara lain yang lebih menarik dibandingkan dengan wisata di Strategi Pengembangan Industri Pariwisata di IndonesiaPengembangan Objek Wisata di Indonesia akan mendorongnya terjadi peningkatan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan itu, pengembangan objek wisata secara langsung atau tidak langsung akan mendorong pertumbuhan dan pengembang wilayah, baik secara fisik, maupun secara sosial, budaya dan yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur strategi pengembangan objek wisata di Indonesia, yaitu dengan indikator planning perencanaan, organizing pengorganisasian, actuating pengarahan, dan controlling pengawasan. Berikut akan diurai masing-masing Planning perencanaan, kurang optimal yakni penyusunan rencana kerja dalam manajemen strategi pengembangan objek wisata yang kurang sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat, kurang sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah direncanakan. b. Organizing pengorganisasian, kurang jelasnya perincian kerja antara pihak Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten dengan pihak UPT sebagai pengelola/pengembang objek wisata, termasuk penempatan dan pembagian tugas masing-masing pihak Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten dengan UPT Actuating pengarahan, tidak adanya pedoman kerja dalam manajemen strategi pengembangan objek wisata, tidak adanya pengarahan bagi pihakpihak terkait dan kurangnya koordinasi antara Instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum PU, pihak Kecamatan Rupat Utara, pihak UPT Pariwisata, Kepala Desa, dan RT/RW Controlling pengawasan, pengawasan yang dilakukan kurang optimal yakni tidak adanya standar yang jelas dalam melakukan pengawasan, kurangnya melakukan penilaian dan tindakan perbaikan yang dilakukan kurang jelas, termasuk sanksi yang diberikan tidak yang mempengaruhi manajemen strategi Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata di Indonesiadalah sebagai berikuta. Anggaran/Dana Minimnya anggaran/dana adalah merupakan faktor yang mempengaruhi manajemen strategi Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata, dana yang diharapkan dari APBD tidak mencukupi, sehingga anggaran/dana diambil dari proyek yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia SDM Rendahnya tingkat pendidikan pihak pengelola/pengembang objek wisata, berpengaruh terhadap pengembangan objek wisata itu sendiri. Rata-rata tingkat pendidikan pihak pengelola/pengembang objek wisata tamat SMA Sekolah Menengah Atas.c. Sarana dan Prasarana Kurangnya sarana dan prasarana juga berpengaruh terhadap manajemen strategi Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata. Sarana prasarana yang dimaksud adalah tidak adanya penginapan, rumah makan, jasa kesehatan, rumah ibadah dan MCK Mandi Cuci Kakus.Strategi Perencanaan Pengembangan Pariwisata di IndonesiaStrategi KebijakanMembuat pedoman umum serta pedoman pengelolaan objek wisata yang lebih terfokus pada Manajemen Wisatawan yang meliputi interprestasi dan pengaturan pola arus pengunjung. Membuka kesempatan bagi pihak swasta untuk berinvestas, serta Dinas Pariwisata Kabupaten melakukan promosi objek Fasilitas dan Aktivitas WisataUntuk jumlah akomodasi yang ada diperlukan mengoptimalkan kualitas secara fisik bangunan dan pelayanan, sehingga tercapai standar pelayanan yang baik, dengan demikian diperlukan masukan-masukan dari pemerintah kepada para pengelola akomodasi sebagai rekomendasi peningkatan standar pelayanan hotel, sanitasi dan kepuasan konsumen. Diperlukan adanya perbaikan akses jalan, banyaknya fasilitas makan dan minum namun belum mencapai standar dalam hal sanitasi dan kesehatan, dengan demikian diperlukan pula pembuatan standar dan persyaratan fasilitas makan dan minum oleh pemerintah sehingga kondisinya lambat laun dapat menyesuaikan dengan standar Strategi Produk. Strategi produk dapat dilakukan dengan menambahkan atraksi wisata yang unik dan menarik segmen yang lebih luas lagi, misalnya bagi kaum muda dapat menambahkan fasilitas penampilan adat budaya yang dapat dikelola langsung oleh Strategi Harga Biaya wisata masih sangat terjangkau oleh wisatawan dan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Dapat dilakukan studi yang berkelanjutan mengenai perubahan pola perilaku pasar objek wisata di Indonesia ehingga dapat lebih memberikan penyesuaian untuk harga yang pantas3. Strategi Tempat Place/Distribution Objek wisata di Indonesia sudah dilakukan pendistribusian dengan baik. KESIMPULANPenelitian ini bertujuan untuk membuat berbagai perencanaan strategi pengembangan destinasi wisata di Indonesia. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh industri wisata di Indonesia dianalisis secara komprehensif. Dari hasil analisis tersebut diperoleh gambaran bahwa kawasan objek wisata di Indonesia memiliki daya kompetitif yang rendah untuk menghadapi ancaman dari destinasi wisata lainnya. Selain itu diperlukan juga pembenahan kualitas dan kuantitas infrastruktur dan fasilitas penunjang. Keberadaan para stakeholder yang berkecimpung di industri pariwisata kota tidak ada salahnya untuk menjalankan strategi yang direkomendasikan oleh penulis dan dilakukan evaluasi lebih lanjut. Sehingga, apabila masih terdapat kekurangan atau kelemahannya, hal tersebut bisa menjadi bahan kajian yang menarik dalam penelitianpenelitian PUSTAKAArif, T. M. H., & Hossin, M. Z. 2016. A comparative analysis of internal and external environments between Hotel Hyatt, UK and Hotel The Cox Today, Cox's Bazar, Bangladesh. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 216, 13-22. I. N. 2015. Promotion strategy dan peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, 36, 1-18. Retrieved from A. 2017. Tourism development and strategy for increasing numbers of visitors in Kediri. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, 52, 131-136. D. W., Sunaryo, & Yudaningtyas, E. 2015. Fight for the spirit game bergenre RPG menggunakan Fuzzy-SWOT berbasis web. Jurnal EECCIS, 91, L. 2010. Tourism as a development factor in the light of regional development theories. Tourism, 201, 5-10. H. H., & Huang, W. C. 2006. Application of a quantification SWOT analytical method. Mathematical and Computer Modelling, 431-2, 158-169. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Pengembangan pariwisata dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, dan merupakan usaha secara berencana dan terstruktur. Arah, kebijakan, strategi dan program pengembangan pariwisata harus dibuat selaras dan sinergi dengan arah kebijakan pembangunan kepariwisataan secara nasional, agar tidak menyimpang dari tujuan pembangunan kepariwisataan. Pengembangan pariwisata selayaknya mengiktui prinsip-prinsip keberlanjutan, yang mengintegrasikan keberlanjutan ekologi, sosial dan ekonomi. Strategi pendekatan untuk pariwisata berkelanjutan ini disarankan berskala kecil, manajemen lokal, dan memberikan keuntungan kepada masyarakat banyak. Ekowisata selain memberi manfaat bagi masyarakat lokal juga memberi kontribusi langsung bagi kegiatan konservasi. Pengelolaan secara terpadu diperlukan dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang mampu mengintegrasikan semua kepentingan stakeholders. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN MELALUI EKOWISATA* Oleh Moh Agus Sutiarso Ketua Lembaga Pengembangan Pariwisata & Budaya LPPB Mitra Persada, Bali Dosen Manajemen Kepariwisataan di Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional STPBI Denpasar-Bali ABSTRACT Pengembangan pariwisata dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, dan merupakan usaha secara berencana dan terstruktur. Arah, kebijakan, strategi dan program pengembangan pariwisata harus dibuat selaras dan sinergi dengan arah kebijakan pembangunan kepariwisataan secara nasional, agar tidak menyimpang dari tujuan pembangunan kepariwisataan. Pengembangan pariwisata selayaknya mengiktui prinsip-prinsip keberlanjutan, yang mengintegrasikan keberlanjutan ekologi, sosial dan ekonomi. Strategi pendekatan untuk pariwisata berkelanjutan ini disarankan berskala kecil, manajemen lokal, dan memberikan keuntungan kepada masyarakat banyak. Ekowisata selain memberi manfaat bagi masyarakat lokal juga memberi kontribusi langsung bagi kegiatan konservasi. Pengelolaan secara terpadu diperlukan dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang mampu mengintegrasikan semua kepentingan stakeholders. Kata Kunci pariwisata berkelanjutan, ekowisata I. PENDAHULUAN Pengembangan pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara. Sehingga dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang lebih luas yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang akhirnya dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Dalam pengembangan pariwisata suatu daerah, perlu memperhatikan potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Makin banyak potensi yang ada dalam suatu daerah, makin layak daerah itu dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Dari aspek sosial, masyarakat yang ada di daerah bersangkutan memiliki karakter sosial yang adi luhung berupa keramah-tamahan dan mudah menerima siapa saja yang memasuki daerah mereka. Potensi soaial ini akan memudahkan untuk membentuk interaksi sosial yang lebih familiar dan dapat membangun hubungan kemanusaian yang lebih harmonis, disamping memiliki berbagai tradisi unik yang bisa dikemas menjadi produk wisata untuk dipromosikan. Dari aspek budaya, di daerah yang bersangkutan memiliki berbagai karya seni dan peninggalan sejarah yang mempunyai nilai seni tinggi yang juga bisa dikemas menjadi produk wisata. 2 Dari aspek alam, daerah yang bersangkutan memiliki potensi alam dengan keunikan dan keunggulan tersendiri. Keanekaragaman satwa endemik yang ada di daerah juga merupakan potensi yang bisa dibangun untuk dijadikan produk wisata. Potensi alam tersebut merupakan anugerah Tuhan yang patut disyukuri. II. PENGEMBANGAN PARIWISATA Pengembangan pariwisata merupakan suatu usaha secara berencana dan terstruktur untuk membenahi objek dan kawasan yang ada dan membangun objek dan kawasan wisata yang baru yang akan dipasarkan pada calon wisatawan. Pengembanngan pariwisata pada prinsipnya sama dengan pengembangan produk wisata, yang mana dalam pengembangan produk wisata yang merupakan sarana pariwisata hendaknya disesuaikan dengan perubahan selera wisatawan yang sangat dinamis. Untuk kemajuan pengembangan pariwisata, ada beberapa usaha yang perlu dilakukan secara terpadu dan dengan baik, yaitu 1. Promosi untuk memperkenalkan objek dan kawasan wisata. 2. Transportasi yang lancar 3. Kemudahan keimigrasian atau birokrasi 4. Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman 5. Pemandu wisata yang cakap 6. Penawaran barang barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga yang wajar. 7. Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik 8. Kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup. III. DAMPAK PARIWISATA Dalam pengembangan objek dan kawasan pariwisata perlu dianalisa dampak yang ditimbulkan baik dari segi positif dan negatifnya, sehingga kita dapat melihat manfaat dan resiko yang ditimbulkan yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan. Secara teori dampak yang ditimbulkan dengan pengembangan pariwisata dapat dilihat dari pengaruh perkembangan pariwisata terhadap daerah tujuan wisata yang dapat dilihat dari tiga aspek. Aspek Ekonomi Dampak positif, meliputi a. Menambah kesempatan kerja, sehinga dapat mengurangi masalah pengangguran Industri pariwisata merupakan kegiatanmata rantai yang sangat panjang, sehingga banyak membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. 3 b. Meningkatkan pendapatan Nasional, yang berarti pendapatan per kapita bertambah. Pendapatan nasional merupakan akumulasi dari pendapatan masyarakat, dimana dengan adanya perkembangan pariwisata, maka pendapatan masyarakat akan bertambah dengan menjual barang dan jasa wisata, misal restoran, hotel, biro perjalanan., pramuwisata, dan barang-barang souvenir. c. Meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak Dengan bertambahnya pendapatan masyarakat, baik secara personal maupun melakukan kegiatan bisnis pariwisata akan dapat meningkatkan pajak yang dipungut oleh pemerintah d. Memperkuat posisi Neraca Pembayaran Luar Negeri atau neraca pembayaran internasional. Pariwisata merupakan ekspor yang tidak kentara, sehingga dengan adanya perkembangan pariwisata akan dapat meningkatkan ekspor negara yang bersangkutan ayang jelas akan memperbaiki neraca pembayaran internasional. e. Meningkatkan penghasilan devisa bagi negara berkembang. Dengan semakin banyaknya wisatawan asing yang datang ke Indonesia, maka akan semakin banyak devisa yang diterima. f. Merupakan basis pertumbuhan bagi korporasi transnasional. g. Injeksi pendapatan ke perekonomian lokal melalui efek multiplier h. Membantu eksistensi bisnis lokal i. Mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor lainnya. j. Mendorong pembanguan daerah dan pedesaan, memperbaiki daerah perkotaan, dan mendiversifikasi perekonomian lokal. k. Menjamin produk pariwisata dibayar dengan harga pantas. l. Meningkatkan produk hasil kebudayaan, karena meningkatnya konsumsi oleh para wisatawan. m. Menyebarkan pemerataan pendapatan penduduk dunia dan nasional n. Memperluas pasaran barang-barang yang dihasilkan dalam negeri o. Dapat berakibat ganda terhadap sektor lain, seperti sektor pertanian dan sektor industri. Dampak negatinya, meliputi a. Banyak pekerjaan dibayar murah dan musiman b. Terjadinya penganguran infrastruktur pada waktu musim tertentu c. Ketergantungan yang berlebihan pada pariwisata membuat perekonomian lokal goyah terhadap perubahan pasar pariwisata. d. Pariwisata ikut menikmati subsidi yang diberikan pemerintah pemerintah. 4 e. Terjadinya kebocoran ekonomi terutama adanya impor tenaga kerja top management sektor pariwisata dengan tarif gaji internasional dan fasilitas hotel yang berstandar internasional. f. Terjadinya ketimpangan antara daerah tujuan wisata dengan daerah yang bukan tujuan wisata demikian juga antara obyek atau kawasan wisata dengan luar wisata. g. Harga tanah menjadi mahal, begitu juga harga bahan makanan tertama di daerah kawasan pariwisata dan sekitarnya yang ada kecendrungan orang suka menjualnya. h. Terjadinya urbanisasi dari desa ke daerah kawasan pariwisata yang menyebabkan bertambah sesaknya kawasan pariwisata. Aspek Sosial Budaya Dampak positif, meliputi a. Menggairahkan perkembangan kebudayaan asli dan menghidupkan kembali unsur kebudayaan yang sudah hampir terlupakan. b. Meningkatkan kreaktivitas seni budaya masyarakat daerah tujuan wisata. c. Meningkatkan kualitas warisan budaya. d. Meningkatkan usaha pelestarian bahasa tradisional e. Berkembangnya pasar kerajinan tradisional. f. Berkembangnya bentuk & desain kerajinan tradisional. g. Meningkatnya pemahanan tentang gaya hidup bangsa-bangsa lain di dunia. h. Adopsi nilai dan prilaku positif dari wisatawan perlakuan terhadap binatang . i. Pariwisata dapat meningkatkan kesehatan masyarakat j. Pengalaman bergaul dan bekerja dengan orang dari masyarakat luar. k. Pariwisata dapat menghilangkan prasangka dan kepicikan dan membantu terciptanya saling pengertian antara penduduk yang datang dengan penduduk yang dikunjungi. Dampak negatif, meliputi a. Bangunan tidak lagi bergaya tradisional. b. Tekanan terhadap bahasa tradisional c. Menurunnya eksistensi produk budaya seperti terjadinya penggantian produksi lokal dengan produk yang merupakan budaya wisatwan. d. Berubahnya gaya hidup masyarakat terutama berkembangnya pola hidup konsumtif. e. Hilangnya kepercayaan masyarakat, terutama harga diri, karena sebagai pelayan wisatawan. f. Meningkatnya tindak kejahatan, prostitusi dan tindak kriminal lainnya. g. Terjadinya dominasi oleh masyarakat asing. h. Terjadinya komersialisasi benda-benda sakral. 5 i. Munculnya industri seks yang akan merusak moral masyarakat. j. Berubahnya tujuan kesenian dan upacara tradisional. k. Merosotnya mutu barang kerajinan, karena dikerjakan secara tergesa-gesa akibat permintaan yang banyak yang mendesak. l. Terjadinya pemalsuan benda-benda budaya mafia benda budaya, seperti lukisan dan keramik. m. Terjadinya demonstration effect bergaya hidup mewah, kepribadian anak muda rusak, seperti cara berpakian mereka yang senonoh, contohnya bercelana kedodoran. Aspek Lingkungan Dampak positif, meliputi a. Meningkatkan usaha pemerintah melakukan konservasi terhadap lingkungan alam, marga satwa dan lingkungan pertanian. b. Meningkatkan restorasi terhadap situs dan bangunan bersejarah. c. Perbaikan manajemen lingkungan daerah pariwiwsata. d. Meningkatkan penyediaan infrastruktur baru dan perbaikan infrastruktur yang telah ada. e. Perubahan karakter areal bangunan melalui perluasan dan penataan kota. f. Perubahan struktur atau tata ruang perkotaan dan pedesaan. g. Meningkatkan perhatian pemerintan dan masyarakat terhadap usaha kebersihan lingkungan. Dampak negatif, meliputi a. Menimbulkan polusi air, udara, suara dan tanah b. Meningkatnya erosi yang berupa abrasi pantai, tanah longsor, kerusakan geologi, dan kerusakan tepi sungai. c. Pengurasan sumber air bawah dan atas tanah. d. Pengurasan sumber mineral untuk material bangunan. e. Eksploitasi berlebihan terhadap sumber biologikal. f. Meningkatnya resiko kebakaran. g. Munculnya perbedaan yang mencolok antara daerah untuk wisatawan dengan daerah penduduk setempat. h. Infrastruktur tejadinya kemacetan lalu lintas. i. Terjadinya penumpukan sampah dan limbah yang merusak ekosistem di sekitarnya. j. Terjadinya kerusakan terumbu karang oleh tangan usil, karena permintaan semakin banyak. k. Terjadinya perambahan hutan dimana-mana yang merusak habitat fauna dan menyebabkan tanah longsor. 6 Melihat dampak yang ditimbulkan dari kajian teori, dimana dari ketiga aspek yang digunakan sebagai dasar kajian, selain manfaat yang diperoleh, namun tidak dapat dihindari terjadinya berbagai ekses negatif yang merupakan biaya, kerugian, dan kerusakan yang ditimbulkan terhadap daerah tujuan wisata baik dari ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan. Untuk mengatasi atau meminimalkan dampak negatif dari pariwisata terhadap daerah tujuan wisata, maka diperlukan manajemen terpadu atau pengelolaan terpadu objek dan kawasan wisata dengan melibatkan semua stakeholder, disamping adanya kebijaksanaan yang komprehensif dan dikuti dengan law enforcement yang konsisten. IV. KONSEP SUSTAINABLE DEVELOPMENT DAN SUSTAINABLE TOURISM DEVELOPMENT Pada 1980, International Union for the Conservation of Nature IUCN, United Nations Environment Programme UNEP, dan World Wildlife Fund WWF mengeluarkan sebuah “World Conservation Strategy”, strategi konservasi dunia, untuk mencapai 3 tiga tujuan pokok yaitu 1. Mempertahankan proses-proses ekologi yang esensial dan system pendukungnya. 2. Memelihara keanekaragaman genetik. 3. Menjamin penggunaan ekosistem dan spesiesnya secara berkelanjutan. IUCN, 1980. Pada tahun 1987, Komisi Sedunia tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan World Commision on Environment and Development yang banyak dikenal sebagai komisi Brundtlandt nama ketua komisi tersebut menyatakan argumentasinya bahwa lingkungan dan pembangunan masa kini yang terjadi tidak berkelanjutan dan bahwa diperlukan tindakan-tindakan baru yang menjamin keberlanjutan dunia untuk masa mendatang. Sebagai tema sentral, komisi Brundtlandt mendefinisikan istilah Sustainable Development SD sebagai “pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka” Soemarwoto, 2001. Secara spesifik Grundy 1993 menyebutkan bahwa konsep Sustainable Development terdiri dari 3 tiga elemen system yang menyangkut 1. Keberlanjutan ekologi 2. Keberlanjutan social, dan 3. Keberlanjutan ekonomi 7 Konsep Sustainable Development kemudian oleh Burns dan Holden 1997 diadaptasi untuk bidang pariwisata sebagai sebuah model yang mengintegrasikan lingkungan fisik place, lingkungan budaya host community dan wisatawan visitor. Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam Sustainable Tourism Development ini menurut Burns dan Holden 1997 terdiri dari 1. Lingkungan memiliki nilai hakiki yang juga bisa sebagai asset pariwisata. Pemanfaatannya bukan hanya untuk kepentingan pendek, namun juga untuk kepentingan generasi mendatang. 2. Pariwisata harus diperkenalkan sebagai aktivitas yang positif dengan memberikan keuntungan bersama kepada masyarakat, lingkungan dan wisatawan itu sendiri. 3. Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola sehingga lingkungan tersebut berkelanjutan untuk jangka panjang. Pariwisata harus tidak merusak sumber daya, masih dapat dinikmati oleh generasi mendatang atau membawa dampak yang dapat diterima. 4. Aktivitas pariwisata dan pembangunan harus peduli terhadap skala/ukuran, alam, dan karakter tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan. 5. Pada lokasi lainnya, keharmonisan harus dibangun antara kebutuhan-kebutuhan wisatawan, tempat/lingkungan, dan masyarakat lokal. 6. Dalam dunia yang dinamis dan penuh dengan perubahan, dapat selalu memberikan keuntungan. Adaptasi terhadap perubahan, bagaimanapun juga, jangan sampai keluar dari prinsip-prinsip ini. 7. Industri pariwisata, pemerintah lokal dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM pemerhati lingkungan semuanya memiliki tugas untuk peduli pada prinsip-prinsip tersebut di atas dan bekerja bersama untuk merealisasikannya. Strategi pendekatan untuk pariwisata berkelanjutan ini oleh France 1997 disarankan berskala kecil, manajemen lokal, dan memberikan keuntungan kepada masyarakat banyak. V. PENGELOLAAN EKOWISATA BERKELANJUTAN Sistem pengelolaan ekowisata secara terpadu diperlukan untuk membangun ekowisata yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Sistem ini melibatkan adanya sistem perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang mampu mengintegrasikan semua kepentingan stakeholders, seperti pemerintah, masyarakat lokal, pelaku bisnis, peneliti, akademisi, wisatawan maupun LSM. Tanggung jawab masing-masing stakeholders bervariasi. Pemerintah bertanggung jawab dalam koordinasi pembuatan perencanaan, pembuatan kebijakan-peraturan, zonasi, dan pembangunan lokasi ekowisata tersebut. Selain itu, pemerintah juga bertanggung jawab 8 untuk pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, sarana telekomunikasi, sarana air bersih, dan system pembuangan sampah. Stakeholders lain juga memiliki tanggung jawab masing-masing yang sesuai dengan prinsip bahwa perencanaan harus juga memperhatikan dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan ekowisata, baik secara ekonomi, ekologi maupun sosial budaya. Selain itu perencanaan juga harus dapat memberikan rambu-rambu agar manfaat kegiatan ekowisata dapat dinikmati secara optimal oleh semua pihak dan dampak negatif dapat diminimalkan. Dari aspek ekologi, perencanaan pengukuran daya dukung lingkungan sangat penting sebelum lokasi dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Daya dukung lingkungan akan mempresentasikan kemampuan lingkungan untuk mendukung kegiatan ekowisata seperti penyediaan air bersih, penataan lahan dan keanekaragaman hayati yang dimiliki daerah ekowisata. Daya dukung lingkungan untuk pariwisata akan berkaitan dengan jumlah wisatawan yang dapat berkunjung ke lokasi ekowisata tersebut, fasilitas ekowisata yang dapat dibangun dan masalah sampah yang muncul dari kegiatan ekowisata. Selain itu, bahan material yang dipergunakan dalam pembangunan fasilitas wisata merupakan produk lokal dan tidak dalam intensitas yang sangat besar. Secara ekonomis, suatu perencanaan pengembangan ekowisata harus memasukkan perhitungan biaya manfaat dari pengembangan ekowisata. Dalam perhitungan biaya dan manfaat Cost Benefit Analysis tidak hanya dijelaskan keuntungan ekonomis yang akan diterima oleh pihak terkait namun juga biaya yang harus ditanggung seperti biaya konservasi atau preservasi lingkungan. Tentu saja jangka waktu yang diperhitungkan dalam perhitungan dapat bervariasi sesuai dengan kesepakatan semua stakeholders yang terkait. Sedangkan secara sosial budaya, perencanaan harus memasukkan kondisi sosial budya lokal masyarakat yang dapat dikembangkan dalam kegiatan ekowisata serta kemungkinan dampak negatif yang akan diterima dan cara mengatasinya. Keberhasilan ekowisata tergantung pada beberapa hal, yang dapat dibagi menjadi tiga faktor utama yaitu faktor internal, eksternal dan struktural. Faktor internal dapat diklasifikasikan seperti potensi daerah untuk pengembangan ekowisata, pengetahuan operator ekowisata tentang pelestarian lingkungan dan partisipasi penduduk lokal. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor kunci yang berasal dari luar lokasi ekowisata tersebut, seperti kesadaran wisatawan akan kelestarian lingkungan, kegiatan penelitian/pendidikan di wilayah ekowisata untuk kepentingan kelestarian lingkungan dan masyarakat lokal. Sedangkan faktor struktural adalah faktor yang berhubungan dengan kelembagaan, kebijakan dan regulasi pengelolaan kawasan ekowisata tingkat lokal, daerah, nasional dan internasional. Ketiga faktor kunci keberhasilan ini di sisi lain dapat menjadi kendala bagi pengembangan ekowisata. Untuk melaksanakan ekowisata diperlukan adanya operator wisata yang menurut Wood 2002 bertanggung jawab dalam 9 1. Menyediakan informasi sebelum perjalanan berkaitan dengan budaya dan lingkungan lokasi ekowisata misalnya pakaian dan perilaku yang sopan. 2. Melakukan briefing yang mendalam pada saat kedatangan termasuk informasi tentang kondisi geografis, social, politik dan beberapa kendala/tantangannya. 3. Menyediakan guide lokal yang terlatih. 4. Memberikan kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan penduduk lokal. 5. Membangun pengertian atas kehidupan sehari-hari dan tradisi penduduk lokal dan berbagai isu yang cocok untuk didiskusikan dalam interkasi dengan penduduk lokal. 6. Membuka kesempatan bagi LSM yang ingin berpartisipasi. 7. Mengatur agar semua tiket masuk harus dibayar penuh. 8. Menyediakan akomodasi yang ramah lingkungan site-sensitive. Sesuai karakteristiknya, operator wisata selain berfungsi sebagai pemandu wisata yang menyediakan informasi yang dibutuhkan wisatawan juga menyiapkan akomodasi yang ramah lingkungan eco-lodge sebagai akomodasi yang cocok bagi ekowisata. Akomodasi ramah lingkungan dianggap merefleksikan inisiatif lokal dengan menerapkan desain lokal dan pemakaian bahan lokal. Akomodasi khusus yang dibangun ini mampu menghindari tekanan yang terlalu banyak bagi lingkungan dan relatif mudah dalam perawatannya. Selain itu, wisatawan akan lebih terkesan dengan suasana eksotik yang muncul dari akomodasi semacam ini. Wood 2002 mengemukakan karakteristik eco-lodge sebagai berikut 1. Melindungi lingkungan alam dan budaya. 2. Memperkecil dampak negative dalam pembangunannya. 3. Dibangun sesuai dengan budaya lokal seperti bentuk dan warna. 4. Mempergunakan air dengan efisien. 5. Memiliki penanganan limbah. 6. Memakai energy yang ramah lingkungan. 7. Membuka peluang bagi masyarakat lokal untuk berinteraksi. 8. Menawarkan program pendidikan bagi operator, wisatawan maupun penduduk lokal tentang lingkungan alam dan budaya. 9. Berkontribusi pada pembangunan lokal yang berkelanjutan lewat program riset. Selain itu, salah satu faktor penting lain yang termasuk dalam pengelola wisata adalah upaya pemberdayaan masyarakat. Hal ini penting agar masyarakat lokal dapat terlibat dalam kegiatan ekowisata dan memberi perbaikan tingkat kesejahteraan tanpa mengabaikan nilai-nilai sosial budaya setempat. Usaha pemberdayaan masyarakat lebih diarahkan agar masyarakat mampu membuat keputusan sendiri agar dalam pengembangan ekowisata mampu mempresentasikan inisiatifnya dalam hubungan dengan stakeholders lain. 10 Kegiatan yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan peran serta masyarakat diantaranya adalah usaha peningkatan kualitas sumberdaya manusia capacity building. Upaya ini biasa dilakukan dalam bentuk pelatihan, penyuluhan-sosialisasi tentang konsep ekowisata, pembuatan uasaha kecil, pemandu wisata maupun pengelolaan akomodasi eco-lodge. Selain itu, usaha pemberdayaan masyarakat juga dapat dilakukan dalam bentuk pemberian kredit bagi masyarakat lokal agar dapat memulai usaha seperti membuka warung/café, pembuatan cendera mata, toko cendera mata maupun fasilitas ekowisata lain seperti penyewaan alat selam, penyewaan sepeda, dan penyewaan perahu/kano. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat penting untuk disosialisasikan bahwa kegiatan ekowisata selain memberi manfaat bagi masyarakat lokal juga harus memberi kontribusi langsung bagi kegiatan konservasi. Hal ini penting agar dalam mengembangkan usahanya, mereka memiliki rambu-rambu konservasi yang harus dijaga. Hubungan dengan stakeholders lain juga dapat saling bahu membahu untuk melaksanakan konservasi. Untuk mencapai ekowisata yang berkelanjutan diperlukan monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan ekowisata. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara internal dan eksternal. Secara internal, monitoring ke dalam dilakukan oleh pengelola sendiri, sedang eksternal dilakukan oleh pihak luar seperti masyarakat, LSM dan lembaga independen lainnya. VI. PENUTUP Arah, kebijakan, strategi dan program pengembangan ekowisata harus dibuat selaras dan sinergi dengan arah kebijakan pembangunan kepariwisataan secara nasional, agar tidak menyimpang dari tujuan pembangunan kepariwisataan nasional yaitu 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, 2 Mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia dengan menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab, 3 Mewujudkan industri pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional, dan 4 Mengembangkan kelembagaan kapriwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan pembangunan destinasi pariwisata, pemasaran wisata, dan industri pariwisata secara profesional, efektif dan efisien. Diharapkan melalui pelaksanaan program-program pembangunan kepariwisataan yang dibuat, pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan akan meningkat. Sehingga dapat mewujudkan visi pembangunan kepariwisataan nasional yaitu terwujudnya Indonesia sebagai Negara tujuan wisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Ada empat unsur utama yang mendukung terselenggaranya rencana pembangunan, yaitu 1 Tersedianya perangkat hukum yang memadai, 2 Kesiapan aparat dan kelembagaan Pemerintah Daerah setempat, 3 Tersedianya dana yang cukup, dan 4 Dukungan masyarakat dalam mencapai tujuan. 11 DAFTAR PUSTAKA Boo, E. 1991. Making Ecotourism Sustainable Recommendation for Planning, Development and Management. In Whelan, T Ed. Nature Tourism – Managing for the Environment. Island Press. Burns, and A. Holden. 1997. Alternative and Sustainable Tourism Development – The Way Forward. In France, L. Ed. The Earthscan Reader in Sustainable Tourism. Earthscan. London. Fandeli, C. 2000. Perencanaan Nasional Pengembangan Ekowisata. Dalam Fandeli, C. dan Mukhlison ed. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. France, L. 1997. Principles of Sustaineble Tourism. In France, L. Ed. The Earthscan Reader in Sutainable Tourism. Earthscan. London. Grundy, 1993. Sustainable Development – An Emerging Paradigm? Proceedings of the Seventeenth Conference, New Zealand Geographical Society Conference 1993. Christchurch. New Zealand. IUCN. 1980. World Conservation Strategy. Living Reseources Conservation for Sustainable Development, IUCN, UNEP, WWF. Gland. Switzerland. MacKinnon. J., K. MacKinnon, G. Child, and J. Thorsell. Eds. 1986. Managing Protected Areas in the Tropics. IUCN, Gland. Switzerland. Nasikun. 1999. Globalisasi dan Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas. Makalah pada Lokakarya Penataran Pariwisata dalam Menyongsong Indonesia Baru. Depdagri-Puspar UGM. Puncak. Jawa Barat. Simatauw, M., L. Simanjuntak, Kuswardono. Gender dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Yayasan Pikul. Kupang. NTT. Soemarwoto, Otto. 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sulthoni, A. 2000. Pengembangan Ekowisata dalam Kawasan Konservasi. Dalam Fandeli, C dan Mukhlison Ed. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Wearing, S and J. Neil. 2000. Ecotourism Impacts, Potentials and Possibilities. Butterworth-Heinemann. Oxford. Wood, 2002. Ecotourism Principles, Practices & Policies for Sustainability. UNEP. WTO/UNEP. 1992. Guidelines Development of National Parks and Protected Area for Tourism. * Makalah disampaikan pada Focus Group Discussion FGD Pengelolaan Teluk Bone Bidang Pariwisata, Kolaka-Sulawesi Tenggara, 7 Maret 2017. ... Berikut dijelaskan mengenai pengembangan yang dilakukan pada ekowisata mangrove Belagaone Karya berkaitan dengan pengembangan pariwisata berkelanjutan merujuk pada teori yang diambil dari penetapan Badan Pariwisata Berkelanjutan Dunia, penelitian yang dilakukan oleh Sutiarso, 2018 ...... Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutiarso, 2018 Mengenai pembangunan fasilitas umum yang dilakukan, apakah turut memperhatikan kelangsungan ekologi yang ada, bapak Drs. Syarfarudin mengatakan ...... Selain itu, mengenai pengembangan ekowisata mangrove Belagaone Karya ini dari segi sosial dan budaya, sejauh ini dikatakan tidak seutuhnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutiarso, 2018, masyarakat sekitar memanglah memiliki keramah-tamahan dan mudah menerima siapa saja yang memasuki daerahnya, hanya saja masih sedikit sulit untuk mengajak masyarakat untuk berinteraksi dan turut sepenuhnya mendukung pengembangan yang dilakukan karena masyarakat sekitar juga memiliki kesibukan dalam usaha budidaya rumput laut yang merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat sekitar, masyarakat hanya mampu membantu sebisanya dengan cara turut menjaga kebersihan dan keindahan daerah sekitar ekowisata mangrove belagaone karya selain itu masyarakat sekitar juga tidak memiliki tradisi unik yang bisa dikemas menjadi produk wisata untuk dipromosikan. ...EvalindaFareis AlthaletsEkowisata Mangrove Belagaone Karya merupakan salah satu wisata mangrove pertama yang dibangun di pulau Nunukan. Memiliki potensi yang sangat baik untuk menarik minat pengunjung karena selain dapat menjadi wisata edukasi, dapat juga menjadi wisata olahraga bagi masyarakat yang ingin berjalan kaki diarea hutan mangrove. Tujuan dilakukan penelitian pada ekowisata mangrove ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengembangan yang dilakukan pada ekowisata mangrove Belagaoen Karya ini, dengan penelitian yang terfokus pada Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan dan dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatifimana data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan wawancara dengan keyinformanng merupakan Pembina Pokdarwis Nusa Karya dan informan yang merupakan Ketua Pokdarwis Nusa Karya yang mengelola ekowisata mangrove Belagaone Karya. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa pengembangan ekowisata mangrove Belagaone Karya telah dilaksanakan dengan cukup baik karena setiap aspek dari pengambangan yang dilakukan telah sesuai dengan ketentuan dan kriteria dari Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan baik dari segi ekologi, budaya dan ekonomi. Hanya saja memiliki beberapa hambatan dalam sistem pembangunan lebih lanjut, dimana pembangunan ini cukup berpengaruh dalam mendukung terealisasinya prinsip dari pengembangan pariwisata berkelanjutan dari segi ekonomi dan sosial-budaya. Hal ini juga disebabkan karena keterbatasan biaya serta pihak pokdarwis yang hingga saat ini belum membentuk badan pengelola khusus untuk menentukan dan mengatur mengenai biaya retribusi daya tarik wisata.... Perkembangan pariwisata di Indonesia membuat Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi yang memiliki kearifan dan keunikan pariwisata salah satunya yaitu Madura. Banyak pariwisata yang berkembang di Madura, antara lain ekowisata mangrove yang berfungsi sebagai peredam gelombang laut dari abrasi dan erosi, juga sarana edukasi untuk memperkenalkan keindahan dan budaya masyarakat setempat yang nantinya akan mempengaruhi perkembangan perekonomian desa Sutiarso, 2018. Presiden Joko Widodo juga memberikan perhatian khusus terkait pentingnya restorasi mangrove untuk menghasilkan karbon kredit Jelita, 2021. ...... ; Rinuastuti et al., 2019 ;Sutiarso, 2018. Namun di sisi lain, perkembangan industri pariwisata juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, ekonomi dan masyarakat seperti kerusakan lingkungan akibat pembangunan infrastruktur pariwisata, kenaikan harga pariwisata, produk lokal, dan perubahan gaya hidup masyarakat Yusuf & Hadi, 2020 ;Haque et al., 2020. ...Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan nilai dan manfaat bagi peningkatan perekonomian masyarakat dan mempengaruhi sektor lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi potensi wisata dan sumber daya yang ada untuk memudahkan penyusunan konsep perencanaan dan pengembangan pariwisata yang juga harus mempertimbangkan dampak positif dan dampak negatif yang dihasilkan. Dampak positif akan berpengaruh pada perekonomian masyarakat sedangkan dampak negatifnya adalah kerusakan alam dan perubahan budaya pada masyarakat. Pengembangan pariwisata perlu melibatkan masyarakat dalam mengelola keunikan dan kondisi daerah yang ada. Open Pit Nam Salu merupakan salah satu objek wisata eks tambang yang memiliki potensi menarik. Sebagai tambang timah terbesar di Asia Tenggara, kawasan objek wisata ini memiliki terowongan bawah tanah yang menjadi salah satu kegiatan yang menarik wisatawan yang berkunjung. Setiap pengunjung wajib mengikuti protokol keselamatan dan kesehatan yang ada. Obyek wisata Open Pit Nam Salu saat ini dikelola oleh Bapopnas Badan Pengelola Open Pit Nam Salu. Dalam pengembangan kawasan ini ada beberapa kendala yang dihadapi diantaranya sarana dan prasarana serta keterbatasan sumber daya manusia pariwisata dalam mengelola kawasan ini. Penulis melakukan penelitian pengembangan kawasan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui Bapopnas, pengembangan pariwisata kawasan ini sudah menunjukkan perubahan yang terlihat dengan adanya pembangunan sarana dan prasarana, promosi dan pemasaran melalui media sosial dan keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan.... Meanwhile, the uncontrolled growth of tourism infrastructure and without good planning in many countries triggers negative impacts in the form of social and environmental damage. On the other hand, according to Sutiarso 2018, various efforts have been made in order to develop an approach to building sustainable tourism. This is due to the awakening of awareness of the negative effects of tourism on the environment which in the future has grown special interest tourism including green tourism in relation to tourism development and environmental quality in the last two decades. ...Heni KrisnataliaNurdina PrasetyoMochammad AinanThis article aims to concentrate on the subject of destination marketing with a particular focus on the strategy development process through Green Tourism Packages for Tourist Destinations, illustrated by a case study from Kertayasa Tourism Village in West Java, Indonesia. The concept of Green Tourism as an alternative tourism part of ecotourism is one of the efforts that can improve environmental performance through effective and real environmental management techniques which will certainly give a different color to the development of other types of tourism so that it will certainly be very interesting to be developed as a marketing strategy. Furthermore, the achievement of environmental award-based marketing activities that receive international recognition will become an important instrument in marketing their services. In the end, through the concept of green tourism development, tourists or visitors can enjoy holidays according to their interests while supporting the sustainability of environmental conservation in these tourist destinations. The results of this study are ideas and suggestions through design ideas or initial concepts in marketing tourist destinations through packaging of green tour package products for tourists.... Tourism development in environmental areas needs to pay attention to the surrounding environment from damage due to sustainable development. Sutiarso [7] defines the direction of development policies not to deviate from development goals and not to damage the environment. The toughest challenge in building a tourism destination area is paying attention to the environment, what often happens in the field when tourism has succeeded in bringing in tourists is changing the environmental area in order to expand tourism capacity. ...Ghifary RamadhanAhmad Hudaiby Galih KusumahThis article discusses the Ten New Bali project program launched by the former Minister of Tourism and Culture Arief Yahya during the first period of President Joko Widodo's administration, ten tourist attractions that have been selected will be formed and aligned like Bali. The Ten New Bali Project has changed its program to the Five Super Priority Destinations program, the program only focuses on five tourist destinations, namely Lake Toba, North Sumatra, Borobudur Temple, Central Java, Mandalika, West Nusa Tenggara, Labuan Bajo, East Nusa Tenggara and Likupang, North Sulawesi. This project is expected to boost the economy, human resources of the local community and tourist arrivals. The purpose of this study is to identify how far the development of the five super priority destination projects has gone. Qualitative descriptive method was used in this study by using online media news sources and literature reviews as data sources. The results show that the correlation between tourism agencies and stakeholders has a very important role in accelerating the success of the Five Super Priority Destinations program and the Five Super Priority Destinations Project has succeeded in proving one tourist destination that has been inaugurated, namely Mandalika in West Nusa Tenggara, it can be concluded that the Lima project Super Priority Destinations are already 20% running and require a lot of time.... The strong paternalistic culture also contributes to the preservation of the Tengger tribe's cultural resources. Based on the result by Sutiarso, 2018 showed that the development and change of Tengger tribe are closely connected to the role of in fluential people, such as traditional leaders shamans and village government leaders. All kinds of village ritual activities are determined, led and regulated by traditional leaders shamans. ...Traditional ceremonies are one of cultural representation that is passed from generations. The public interest in traditional ceremonies was decreased by the time, especially for the younger generation. This study aimed to describe traditional ceremony activities in the Tengger tribe as sustainable tourism objects. The research method is descriptive qualitative using field survey. Data is collected through literature review, observation, and interviews. In-depth interviews were conducted with key informants with extensive knowledge and experience about the research object. The research object is traditional ceremonies such as Kasodo, Karo, and Unan-Unan. Triangulation method was used to test the validity and reliability of research data. The result found that the Yadnya Kasodo is a spiritual ceremony aimed to purify nature and carried out as gratitude to God by offering agricultural goods sajen and ongkek. The agricultural goods managed by the community to be used in the ceremony are flowers, fruits, vegetables, and livestock products. This traditional procession is closely related to the Bromo Tengger Semeru National Park spatial layout. Traditional ceremonial activities could become objects of sustainable tourism and are supported by sustainable resources.... Hal ini tentu saja akan mendorong seluruh stakeholder secara bersama -sama dalam menyusun strategi pengembangan pariwisata yang akan dilakukan dan difokuskan pada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dengan mengidentifikasi potensi yang dimiliki dan karakter masyarakat. Pengembangan pariwisata akan memberikan dampak peningkatan devisa negara, terciptanya lapangan pekerjaan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat lebih co creation, Nafi'ah et al., 2020 ;Rinuastuti et al., 2019 ;Sutiarso, 2018. Namun, di sisi lain pengembangan pariwisata juga dapat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial seperti kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengembangan infrastuktur pariwisata, peningkatan harga barang lokal dan perubahan pola hidup masyarakat, Yusuf & Hadi, 2020 ;Haque et al., 2020. ...Tourism is one of the important sectors whose value and movement is to drive the people's economy and influence other sectors. However, in developing tourism it can have an impact on natural damage, so it needs to be defeated by the uniqueness and condition of the existing area. To develop the tourism that is owned, it needs to be done gradually and continuously so that this sector can move the entire community so that community participation can be realized in real terms. Therefore, this study aims to measure community wisdom in developing the tourism potential of Tebat Rasau in Lintang Village, East Belitung Regency. The research used a qualitative descriptive method. Data collection through interviews and field. The results showed that the community was able to encourage tourism development as evidenced by the development and infrastructure, the object of marketing tourism objects through social media and participation in training activities. The research results can be used as a driving force for tourism development in Lintang Village, East Belitung Regency.... The strategic approach to sustainable tourism by France 1997 is suggested small-scale, local management, and provide benefits to the community at large. [7] Furthermore in Agenda 21 and the WTO World Tourism Organization defines sustainable tourism "... meets the needs of present tourist and host regions while protecting and enhancing opportunities for the future. It is envisaged as leading to management of all resources in such a way that economic, social, and aesthetic needs can be fulfilled while maintaining cultural integrity, essential ecological processes, biological diversity and life support systems Insula, 1995. ...Erika Nurfathi AdnanSoedwiwahjono Soedwiwahjono Lintang Suminarem> Pariwisata kini menjadi sektor yang kembali menarik perhatian. Maraknya pariwisata Indonesia disebabkan kekayaan dan potensi yang dimiliki Indonesia. Momentum ini tentu harus berjalan dengan berkelanjutan agar tidak mengurangi kekayaan dan potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Pariwisata berkelanjutan merupakan aktivitas pariwisata yang mempertimbangkan sektor ekonomi, sosial , dan lingkungan dalam pengembangannya. Lombok merupakan salah satu pulau di Indonesia dengan kekayaan alam dan budaya. Dalam pengembangan pariwisatanya, Lombok telah menetapkan konsep berkelanjutan untuk memberikan pengalaman budaya dan alam yang berkualitas. Dalam hal ini telah ditetapkan Kawasan Inti Pariwisata sebagai fokus pengembangan pariwisata, salah satuny a a da lah Kota Tua Ampenan. Kota Tua Ampenan menawarkan sejarah perkembangan perkotaan di P ulau Lombok. Tujuan penelitian ini ad alah untuk mengetahui bagaimana kesesuaian Kota Tua Ampenan dalam menunjang konsep pariwisata Lombok yang berkelanjutan. Kesesuaian ini nantinya didasarkan pada komponen pariwisata , yaitu atraksi, amenitas, aksesibilitas , dan kelembagaan. Komponen- komponen ini kemudian ditinjau kembali berdasarkan aspek berkelanjutan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. P engukur an bagaimana Kota Tua Ampenan mendukung pariwisata Lombok yang berkelanjutan dilakukan menggunakan t eknik analisis skoring. Penelitian ini menghasilkan bahwa komponen pariwisata berkelanjutan di Kawasan Pariwisata Kota Tua Ampenan mendukung konsep pariwisata Lombok yang berkelanjutan.

bagaimanakah prinsip pengembangan kegiatan pariwisata